MUHAMMAD SYAFRI. “Factor Relating of which Deal With The Nutrient Children Status in Puskesmas Karassing Distric Herlang Regency Bulukumba Tahun 2008” (guided by Moh. Basri and Yusrianto).
Problem nutrient in Indonesia predominated by problem nutrient is less coming lacking of Energi Protein (PIECE), Data SUSENAS ugly nutrient patient experiences gambol out of 1,8 million the year 2006 becoming 2,3 million in the year 2006. From mortality child of balita out of 37 per 1000 his its half is lacking of gizi.
This research executed in Puskesmas Karassing Distric Herlang Regency Bulukumba year 2008. Research type applied is observasional with approach of cross sectional study as a mean to knows the relation of knowledge, earnings, frequency eats, with nutrient status child of balita. This research sample is child of balita with in exhaustic sampling with number of 175 samples.
Result of research it is obtained that there is the relation of knowledge with status gizi at child of balita with value P( 0,000) < 0,05, there is the relation of earnings with nutrient status at child of balita with value p ( 0,000) < 0,05, there is the relation of frequency eats with at child of bal;ta with value p ( 0,000) < 0,05, arid there is the relation of asupan gizi with nutrient status at child of balita with value p( 0,000) < 0,05.
To increase status gizi, need to be done education activity and counselling especially problem nutrient like nutrient and counselling about improvement of health of child of balita.
A. Pendahuluan
Peningkatan sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam menyonsong era globalisasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh derajat kesehatan manusia. Derajat kesehatan optimal sangat diperlukan sebagai salah satu modal untuk mendapatkan manusia-manusia yang potensial yang berguna bagi pembagunan bangsa Indonesia kedepan.
Masalah kesehatan utama di Indonesia masih didominasi oleh masalah gizi kurang. Yang meliputi : kekurangan Energi Protein (KEP), Animea Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan masalah Kurang Vitamin A (KVA) sehingga membutuhkan sebuah eksistensi dan perhatian khusus untuk menanggulangi masalah nasional tersebut sebagai pengejawantahan dari pada Visi dan Misi Indonesia sehat tahun 2010.
London, gizi buruk ternyata masih menjadi masalah global. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan. Masalah kurang gizi ini dialami anak-anak sejak masih dalam kandungan (Kompas 2008).
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2006 jumlah balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta pada tahun 2005 menjadi 2,3 juta pada tahun 2006. Di luar 2,3 juta penderita gizi buruk masih ada 5 juta lebih mengalami gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang ini sekitar 28% dari total balita di seluruh Indonesia. Dari jumlah balita penderita gizi buruk dan kurang, sekitar 10 % berakhir dengan kematian. Dari angka kematian balita dari 37 per 1.000 ini, separuhnya adalah kekurangan gizi.
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Karassing yaitu di Kecamatan Herlang, status gizi anak balita yaitu pada tahun 2007 sebesar 20 % dan adapun anak balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 20 orang, gizi buruk 3 orang dan gizi kurang sebanyak 17 orang dan diantaranya masih dalam penganalisaan (Profil Puskesmas 2007).
Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks dengan melihat banyak faktor yang berpengaruh terhadap status gizi seperti asupan makanan dimana berperang penting dalam penentuan status gizi. Status gizi adalah keadaan yang dapat memberi petunjuk apakah seseorang itu menderita gizi kurang atau tidak. Asupan makanan dapat menjelaskan kondisi tersebut ditentukan oleh tingkat komsumsi (asupan kalori) oleh kualitas dan kuantitas makanan.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, maka secara tidak langsung mempengaruhi masalah gizi. Status kesehatan seseorang dapat dilihat dari tinggi rendahnya pendapatan yang mencukupi maka kemungkinan besar kebutuhan akan gizi juga terpenuhi.
Berdasarkan keadaan tersebut diatas maka timbul minat dalam melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi balita Di Puskesmas Karassing Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba Tahun 2008. Dengan penelitian ini yang nantinya menjadi bahan masukan bagi Puskesmas maupun pemerintah setempat dalam upaya peningkatan keadaan gizi , mutu dan derajat kesehatan.
Sumber : Muhammad Syafri, Dosen Universitas Indonesia Timur dalam Literatur, Jurnal Penelitian Sosial, Science dan Kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar